Rabu, 07 Januari 2009

Belajar Manajemen Obama




Oleh TENDIHARUMAN

PESTA demokrasi di Amerika Serikat telah usai. Kita semua tahu bahwa Barack Obama berhasil mengungguli rivalnya, senator senior dan berpengalaman, John McCain. Obama berhasil mengorganisasi dan mengintegrasikan sumber daya (manusia, uang, dan mesin) dan teknologi dengan menerapkan manajemen bisnis yang tepat. Kemenangan yang diraih pun begitu fenomenal dan dunia sangat berharap perubahan dari dirinya. Tulisan ini mengulas keberhasilan Obama dari perspektif manajemen strategi dan bisnis.
Ada semacam doktrin dalam ilmu manajemen bahwa keberhasilan (kegagalan) suatu organisasi ditentukan oleh baik (buruknya) manajemen yang diterapkan. Manajemen didefinisikan mencapai tujuan yang ditetapkan dengan menggunakan orang lain. Sementara strategi dapat diartikan sebagai upaya organisasi mengadaptasi lingkungannya untuk memenangi persaingan.
Dalam perjalanan karier politiknya, Obama "menggunakan" duo David (Plouffe dan Axelrod) sebagai manajer kampanye dan kepala strategi kampanye. Duet ini sebelumnya sukses mengantarkan dirinya menjadi senator pada 2004. Tim Obama dikelola layaknya sebuah korporasi bisnis yang selalu berusaha memenangi persaingan dengan memanfaatkan berbagai potensi sumber daya dan teknologi. Obama berhasil mengorganisasi dan mengintegrasikan dengan tepat lima variabel bisnis, yaitu pemilih (customer), donatur (supplier), media komunikasi (channel), dan lingkungan (environment).

Pemilih ("customer")

Obama mengetahui persis bahwa "pelanggan adalah raja" yang sangat menentukan langkahnya menuju Gedung Putih. Lalu, siapakah sebenarnya pelanggan Obama? Jawabnya adalah rakyat sebagai pemilih. Hanya, tipikal rakyat saat ini umumnya mempunyai dua ciri khas yang harus dicermati, yaitu sangat pintar dan tidak loyal. Obama melakukan pendekatan yang bersifat bottom-up kepada calon pemilihnya, dengan tujuan untuk menemukan need dan want rakyat Amerika saat ini dan masa depan. Obama berhasil.
Rakyat Amerika umumnya menginginkan perubahan dan segera keluar dari krisis ekonomi yang sangat menyengsarakan. Rakyat Amerika melihat Obamalah orang yang tepat untuk membawa perubahan di negaranya dan keluar dari krisis. Mengapa bukan John McCain? Jawabannya jelas, John McCain adalah bagian dan berasal dari rezim yang menyebabkan krisis.
Obama memanfaatkan hal ini sebagai "komoditas" kampanye dengan program-program ekonomi yang cukup populer, namun realistis. Simak saja proposal yang diajukannya (di antaranya kredit pajak untuk perusahaan yang menciptakan lapangan kerja baru, pembebasan denda penarikan dana dan rekening pensiun, dan melarang bank melakukan penyitaan properti untuk sementara bagi warga yang mencoba membayar kredit perumahan). Namun, program yang paling mengesankan adalah keberpihakannya kepada usaha kecil (small business).Dalam salah satu orasinya Obama berkata, "Usaha kecil adalah mesin pertumbuhan ekonomi di Illinois dan di seluruh Amerika". Keberpihakan ini bisa dimaklumi karena sekitar ini bisa dimaklumi karena sekitar 99% pelaku bisnis di Amerika adalah pengusaha kecil dan mampu menyerap lebih dari 116 juta orang pekerja atau setara dengan 86% dari jumlah pemilih yang terdaftar (sekitar 135 juta orang) saat ini. Potensi (calon customer) yang luar biasa inilah yang menjadi daya tarik Obama sehingga membuat program khusus bertajuk Barack Obama and Joe Biden 's Plan for Small Business. Obama yakin, dukungan yang diberikan rakyat umumnya sangat tulus. Berbeda dengan konglomerat yang biasanya sarat dengan kepentingan.
Saya melihat pendekatan Obama yang bersifat bottom-up dan keberpihakan kepada usaha kecil merupakan keputusan strategi yang sangat tepat.

Donatur dan media komunikasi

Obama menyadari bahwa teritorial Amerika begitu luas. Oleh karena itu, untuk kelancaran komunikasi guna mendekatkan dirinya dengan calon customernya, Obama memanfaatkan kombinasi manusia dan media komunikasi (teknologi informasi). Tentu bisa dibayangkan berapa besar dana yang harus dikeluarkan seandainya Obama membiayai sendiri kegiatannya. Dengan berhasilnya mengetahui need dan want di atas, ditambah citra personal yang baik, dan kemampuan komunikasi yang luar biasa, maka komoditas yang jadi barang dagangannya, laris luar biasa. Calon customer selalu menantikan berbagai informasi seputar Obama. Dengan rela para calon customer itu menjadi relawan yang jumlahnya diperkirakan sebanyak 750.000 orang dan bertindak sebagai channel komunikasi Obama. Selain itu, masih ada ribuan kelompok yang mengorganisasi ribuan aktivitas selama kampanye berlangsung.
"Era sekarang adalah era informasi, siapa yang menguasai informasi akan menjadi pemenang". Kalimat sakti ini menjadi inspirasi Obama untuk mengikuti pendahulunya (Franklin D. Roosevelt dan John F. Kennedy) yang menggunakan teknologi informasi yang canggih (sesuai dengan eranya) sebagai media komunikasi. Teknologi informasi yang digunakan Obama adalah teknologi masa kini yang berbasis web (internet), di antaranya Web 2.0 untuk kampanye dan dapat memudahkan calon customer memberikan suaranya dan YouTube agar masyarakat bisa mengakses isi pidatonya secara visual.
Alasan utama penggunaan teknologi internet ini, selain keakuratan dan kecepatan, adalah jangkauannya yang tanpa batas. Perlu diketahui, sekitar 70% penduduk Amerika adalah pengguna internet. Hal inilah yang menjadikan popularitas Obama jauh meninggalkan rivalnya. Kombinasi ini memberikan kontribusi finansial yang luar biasa besar dan terbesar sepanjang sejarah Pemilihan Presiden Amerika. Obama per September memperoleh sekitar 454 juta dolar AS yang sebagian besar berasal dari pribadi-pribadi yang menyumbang lewat internet.

Kompetitor (JMcCain)

John McCain berada pada situasi yang sangat tidak menguntungkan. Krisis ekonomi yang melanda Amerika dan dunia terjadi pada saat pimpinan yang berkuasa selama 8 tahun adalah berasal dari partainya. Ini merupakan kartu mati yang sulit untuk dihindari. Kelebihannya sebagai politisi senior dan track recordnya yang sebetulnya sangat baik menjadi tidak ada artinya.
Program-program yang ditawarkan dinilai tidak banyak menarik calon pemilih yang memang sudah apriori, kecuali para loyalisnya. Hal ini terlihat dari serangkaian debat publik yang diselenggarakan, John McCain selalu dalam posisi kalah dari Obama. Sebetulnya, siapa pun yang ditampilkan sebagai kandidat dari partai Republik tidak akan mampu berbuat banyak. Situasi ini sangat menguntungkan Obama dan menjadikan langkah Obama menuju Gedung Putih telah diprediksi banyak kalangan akan mudah dicapai.

Lingkungan

Jangkauan teknologi internet yang tanpa batas menjadikan Obama sosok yang begitu populer di seluruh dunia. Bisa dimaklumi karena Amerika merupakan satu-satunya negara adidaya di muka bumi ini dan dikenal arogan karena selalu ingin memainkan peran kunci dalam berbagai konstelasi dunia yang dipandang menguntungkan. Sebutan sebagai polisi dunia pun melekat pada Amerika dan Presiden Amerika selalu mengklaim dirinya sebagai pemimpin dunia. Arogansi seperti itu jelas tidak disukai dan dimusuhi banyak negara di dunia.
Obama dengan jeli memanfaatkan situasi ini. Change we need yang diusungnya dan berhasil membangkitkan harapan di berbagai penjuru dunia yang tidak suka terhadap arogansi Amerika. Semua berharap adanya perubahan dari profil Pemerintah Amerika yang arogan menjadi negara yang lebih bisa diterima dunia.Singkatnya, Obama menjadi tumpuan perabahan dunia. Hal inilah menyebabkan mengalirnya berbagai dukungan kepada Obama dari seluruh penjuru dunia.

Konldusi dan prediksi

Keberhasilan mengintegrasikan sumber daya (manusia, uang, dan mesin) dan teknologi dengan menerapkan manajemen bisnis yang tepat telah membawa Obama menjadi presiden ke-44 Amerika dengan beberapa catatan tersendiri. Di antaranya, pertama, Obama menjadi orang keturunan Afrika dan kulit hitam pertama yang menjadi Presiden Amerika. Kedua, pengumpul dana kampanye dan jumlah pemilih terbesar sepanjang sejarah Pemilihan Presiden Amerika. Ketiga, pribadi yang merakyat dan paling populer di seluruh dunia. Keempat, menangnya Obama di negara bagian Iowa, Ohio, dan New Mexico yang selama ini merupakan basis suara Partai Republik membenarkan pendapat bahwa customer semakin pintar dan tidak loyal.
Lantas, bagaimana prospek pemerintahan Obama kelak? Dengan modal yang dimilikinya saat ini, saya memperkirakan Obama akan berhasil mengatasi krisis ekonomi bila dia konsisten dengan janjinya untuk berpihak dan memanfaatkan usaha kecil sebagai sarana mengatasi krisis. Keyakinan ini dilandasi bukti bahwa usaha kecil sangat kuat menghadapi terpaan krisis. Hal yang mungkin bisa mengganjal adalah pengalaman yang minim dalam pemerintahan, mengingat usianya yang tergolong muda.
Saya berharap, keberhasilan manajemen Obama yang dipraktikkan selama pencalonan presiden mampu diulangi pada saat dirinya benar-benar memerintah. Tentu saja dunia berharap terjadi prestasi-prestasi fenomenal yang berikutnya. Salah satunya adalah menghentikan "keserakahan" Amerika dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi dunia. Dengan menerapkan manajemen yang baik, tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa diwujudkan. Mari belajar dari manajemen Obama!***

Penulis, pengurus ISEI Cabang Bandung dan dosen Magister Manajemen Universitas Widyatama Bandung.

Tidak ada komentar: